Belajar dari Gowes

Page ini akan dijadikan catatan dari aktivitas Gowes. Page ini bisa dijadikan bahan belajar yang diturunkan dari aktivitas Gowes. Ada dua tulisan tentang Gowes yang sudah saya posting sebelumnya. Keduanya ada di kategori Gowes. Selanjutnya, catatan dari aktivitas Gowes akan diposting di sini. (07052022)

Ada tanjakan, ada turunan

Aktivitas gowes itu mengajarkan sesuatu yang berpasangan. Salah satunya adalah pasangan tanjakan-turunan. Kalau gowes hanya menemukan tanjakan saja, berarti gowesernya tidak kembali pulang ke titik semula. Kalau yang ditemukan turunan saja, berarti goweser juga belum balik ke titik start. Jadi dimana ada tanjakan, akan ditemukan turunan. Setelah menempuh tanjakan, pasti akan menemukan turunan. Goweser mendapatkan bonus. Sebaliknya, setelah mendapatkan turunan, jangan lengah, mungkin Goweser akan menemukan tanjakan. Goweser akan bekerja keras. Silakan dicoba.

Lihat Jalanmu

Gowes itu mengajarkan untuk selalu memperhatikan jalan yang dilintasi. Tidak semua jalan mulus. Banyak juga yang berlubang. Tidak semua jalan lurus. Kadang juga meliuk. Jalanan itu tidak perlu dikhawatirkan, tetapi kita tetap berhati-hati. Tetap saja harus menggowes. Kayuh terus menyesuaikan kondisi jalan. Di jalan yang halus, dan mungkin datar, speed up dan belajarlah ngebut. Jangan lupa untuk melihat alam dan lingkungan sekitar. Di jalur pedesaan, nikmati keindahan persawahan. Di jalur perkotaan, nikmati suasana keramaian.

Niat (Yang Kuat)

Gowes itu membutuhkan niat. Bahkan niat yang kuat. Niat saja sudah cukup sebenarnya. Begitu costum gowes sudah dikenakan, niat akan menjadi lebih kuat. Auto menjadi niat yang kuat. Setelah itu, tinggal mengikuti ayunan kaki saja atau telusuri rute yang sudah direncanakan. Biasanya, niat itu akan semakin strong ketika sudah mengayuh cukup jauh. Bagaimanapun, goweser juga harus mempunyai niat (yang kuat) untuk kembali pulang ke rumah.

Salam Kring-Kring

Goweser yang tidak saling kenal pun akan saling bertegur sapa dengan bell sepeda, kring-kring. Ini seperti sudah konvensi, sudah menjadi budaya. Seolah-olah ini adalah tata krama ketika goweser saling berpapasan. Seolah-olah ini adalah aktualisasi dari jiwa sosial dari para gower. Mereka tidak saling egois atau cuek. Cara menyapa yang sangat efisien, tidak perlu berhenti, tidak perlu bicara. Cukup dengan tanda atau simbol. Kring-Kring. Dan dua goweser yang berpapasan pun akan saling senyum.

Menjadi diri-sendiri

Gowes itu mengajarkan untuk tahu diri, paham kemampuan diri-sendiri. Finish lebih cepat tidak menjadi ukuran. Didahului oleh goweser yang lain, tidak perlu galau. Tertinggal di tanjakan, itu hal biasa. Singkatnya, gowes harus mengikuti kemampuan diri-sendiri, bukan malah mengejar kemampuan orang lain. Ingat, setiap orang mempunyai power yang berbeda, mempunyai batas ambang denyut nadi yang berbeda, mempunyai VO2 max yang berbeda. Jadi, menjadi diri-sendiri adalah yang terbaik.