- Post ini akan saya jadikan sebagai wadah untuk merekam pengalaman dan pengamatan saya. Saya akan menyajikannya dalam versi yang sangat ringkas dan mengedepankan makna yang bisa dipelajari.
Menunggu Adzan
Aktivitas rutin seorang muslim yang berpuasa, khususnya puasa Ramadhan, adalah menunggu adzan Maghrib. Seorang muslim akan well prepared menjelang adzan Maghrib. Tak jarang, seorang muslim yang berpuasa akan berjalan menuju ke masjid lebih awal untuk menunggu waktu Maghrib. Dia sanggup untuk duduk (mungkin juga berdiam diri) di dalam masjid sembari mendengarkan kultum sebelum berbuka. Kadang-kadang juga sambil mengikuti lantunan dzikir dari pelantang suara masjid. Tidak ada yang salah dengan itu semua, dan bahkan itu baik sekali. Seandainya, setiap hari selama 30 hari berpuasa Ramadhan, muslim membiasakan diri menunggu adzan Maghrib dengan cara ini, maka seorang muslim ini akan lebih mudah untuk membiasakan dirinya untuk shalat berjamaan (khususnya shalat Maghrib) di masjid pada bulan-bulan berikutnya.
Iftar dan Takjil
Kedua istilah ini sering digunakan pada bulan Ramadhan. Yang lebih sering digunakan adalah yang kedua, Takjil. Dalam KKBI online, Takjil diterjemahkan sebagai “penganan dan minuman untuk berbuka puasa” (n) dan “mempercepat (dalam berbuka puasa)” (v). Iftar diterjemahkan sebagai “hal berbuka puasa” (n). Iftar dimaknai pada waktu berbuka puasa dan pada Iftar bisa melakukan Takjil (dalam arti menyegerakan berbuka puasa).
Dalam keseharian, istilah Takjil lebih populer. Takjil lebih dimaknai sebagai “penganan dan minuman untuk berbuka puasa”. Saat ini, Takjil banyak disediakan baik di masjid maupun di luar masjid. Penyediaan takjil bisa dilakukan oleh individu atau secara berkelompok. Di sebuah masjid, penyediaan takjil bisa dilakukan oleh jamaah dan/atau warga sekitar wilayah masjid. Muslim yang hadir pada iftar bisa mendapatkan takjil untuk menyegerakan buka puasa. Begitulah kira-kira.
Qiyamul Lail
Menurut Wikipedia, “Qiamul-lail adalah merujuk kepada amalan beribadah pada malam hari dengan mengerjakan salat-salat sunat seperti salat Sunat Taubat, Tahajjud, Witir dan lain-lain , serta amalan-amalan seperti membaca Al-Quran, berzikir, beristighfar, berdoa dan sebagainya”. Dalam bulan Ramadhan, Qiyamul Lail sangat semarak. Muslimin (dan juga muslimat) melakukan aktivitas menghidupkan malam hari di bulan ini. Biasanya, aktivitas qiyamul-lail pada awal bulan Ramadhan sangat semarak namun kesemarakannya akan cenderung berkurang menjelang akhir Ramadhan. Shaf shalat taraweh, misalnya, cenderung akan mengalami kemajuan pada masa akhir Ramadhan. Muslimin dan muslimat memperpanjang shaf di pusat perbelanjaan (begitulah kira-kira jokes yang populer).
Intermitten Fasting
Istilah ini sangat populer digunakan untuk memperbaiki kesehatan fisik terutama yang kesehatan fisik yang terkait dengan makanan. Fasting ini diarahkan untuk menjaga jendela makan pada interval waktu tertentu, mulai jendela makan 12 jam, 16 jam, hingga 24 jam. Pada jendela makan itu, makan apa saja diperkenankan (tidak perlu pilih-pilih). Jika memilih jendela makan 12 jam, siklus makan diperkenankan pada interval, misalnya, jam 06.00 hingga jam 18.00. Jika sudah sudah berhasil menjaga disiplin, jendela makan bisa ditingkatkan lagi. Puasa ala ini biasa disebut dengan puasa basah. Di luar jendela makan, minum masih bisa dilakukan tetapi yang tidak berkalori. Boleh minum air putih, boleh minum teh tanpa gula, boleh minum kopi tanpa gula.
Ini berbeda puasa Ramadhan atau puasa sunnah dalam Islam. Jendela makannya mirip. Puasa Ramadhan dimulai sejak beberapa waktu sebelum (sekitar 10 menit) waktu shalat Shubuh. Sejak itu, muslim yang beriman menahan diri dari makan dan minum dan segala yang membatalkan puasa. Segera setelah matahari terbenam, muslim berbuka puasa. Sampai di sini, intermitten fasting mirip puasa ramadhan dan puasa sunnah lainnya. Yang membedakan keduanya, antara lain, muslim didorong untuk tidak melakukan tindakan atau perbuatan yang bisa mengurangi pahala puasa dan bahkan membatalkan puasa. Puasa Ramadhan mempunyai tujuan yang sangat mulia, yaitu menuju ketakwaan seorang muslim.
Ibadah yang paling rahasia
Dalam ceramah atau kultum yang disampaikan oleh para ustadz/ustadzah, keistimewaan ibadah puasa (Ramadhan) sering dibandingkan dengan ibadah yang lain. Ibadah shalat, kebaikannya kembali pada hamba. Ibadah zakat/sedeqah/infaq, kebaikannya kembali pada hamba. Ibadah haji pun demikian, kebaikannya kembali pada hamba. Namun ibadah puasa merupakan ibadah yang diminta oleh Allah. “Puasa itu untukku (Allah)”.
Ibadah puasa sering disebut sebagai ibadah yang paling rahasia. Shalat, Zakat, Haji bisa diketahui oleh banyak orang. Puasa tidak demikian. Puasa adalah yang rahasia antara Allah dan hamba yang berpuasa. Yang tahu persis apakah seorang muslim berpuasa, hanyalah dirinya dan Allah. Orang lain tidak tahu. Ini adalah keistimewaan ibadah puasa.
Bulan Yang Memotivasi
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang memotivasi untuk muslim/muslimat untuk menjadi tekun beribadah dan menjadi lebih bertakwa. Insentif berupa reward yang dilipatganda untuk sebuah kebaikan. Ibadah sunnah direward seperti ibadah wajib. Ibadah wajib dilipatgandakan pahalanya. Dua tersebut adalah antara lain contohnya. Tak aneh jika kita mengamati masjid-masjid menjadi lebih makmur. Muslim/muslimat bersemangat meramaikan masjid. Idealnya, motivasi ini akan menjadikan aktivitas ibadah menjadi routine pasca bulan Ramadhan. Muslim/muslimat seharusnya mampu mempertahankan ini pada bulan-bulan berikutnya hingga bertemu dengan Ramadhan berikutnya.