Sharing Manajemen Usaha

Pagi tadi, 2/12/2018, saya sharing session dengan mahasiswa UNEJ penerima beasiswa Bidik Misi tahun 2018. Saya share , salah satunya, mengenai analisis titik impas. Saya menyampaikan kepada audiens bahwa analisis ini merupakan analisis pokok yang harus dituangkan dalam usulan bisnis. 

Secara umum, tidak ada yang baru yang saya bagikan kepada audiens acara pagi itu. Saya hanya menyampaikan pengalaman membaca proposal bisnis dalam beberapa kurun waktu terakhir. Saya mengamati bahwa analisis ini sudah dituangkan secara benar. Perhitungan sudah dilakukan dengan formula yang benar. Sayangnya, hasil perhitungan tidak ditindaklanjuti. 

Tadi saya bertanyajawab mengenai nilai titik impas sebesar 50 paket per hari. Saya menanyakan kepada audiens makna dari angka itu. Seringkali, angka analisis titik impas tidak dimaknai untuk menggambarkan potensi atau prospek bisnis yang diusulkan. Misalkan saja, analisis titik impas menghasilkan angka 50 paket per hari. Tadi saya menanyakan makna dari angka tersebut. Sebagian besar memaknai angka tersebut sebagai aktivitas bisnis pada posisi tidak untung/rugi atau posisi impas. 

Saya memberikan pertanyaan berikutnya kepada audiens. Seandainya seseorang mengajak kita bergabung dalam bisnis itu, apakah kita tertarik untuk berinvestasi dalam perusahaan itu? Tidak ada yang bisa menjawabnya. Lalu, saya menambahkan informasi bahwa bisnis yang ditawarkan tersebut mempunyai rata-rata penjualan 150 paket per hari. Saya menanyakan lagi, “apakah Anda tertarik?”. Beberapa dari mereka menjawab seperti ini, “saya akan berinvestasi karena perusahaan itu berprospek baik (menguntungkan)”. Jawaban ini benar karena setiap 1 paket yang terjual di atas titik impas itu akan memberikan keuntungan pada bisnis ini. Kalau gap antara tingkat penjualan dan angka titik impas positif, bisnis itu terkategori menguntungkan, dan sebaliknya.

Saya menutup tanya-jawab mengenai titik impas dengan memberikan wrap-up terkait hasil diskusi. Analisis titik impas harus diberi konten informasi yang terkait dengan prospek bisnis. Analisis itu harus bisa mengilustrasikan kepada pembaca proposal bisnis (termasuk investor dan kreditur) bahwa bisnis yang dianalisis prospektif atau tidak. Jadi, analisis ini tidak sekedar menyajikan angkanya saja tetapi juga interpretasinya. 

Tinggalkan komentar